Statistik Keamanan Website Tahun 2022

 

Bagaimana Statistik Keamanan Website di Tahun 2022?

  • Berikut statistik keamanan website di tahun 2022:
  • Sekitar 30.000 website di-hack setiap harinya (TechJury, 2022),
  • Ancaman keamanan website meningkat hingga 67% selama lima tahun terakhir (Accenture, 2019).
  • Sejak COVID-19, ancaman cyber melonjak enam kali lipat (Info Security Magazine, 2020).
  • Kira-kira, butuh waktu 228 hari bagi perusahaan/pemilik website untuk menyadari kejahatan cyber sedang menyerang mereka (IBM, 2020).
  • Website WordPress adalah salah satu target utama hacker (Patchstack, 2022).
  • 43% pelaku cybercrime mengincar bisnis kecil hingga menengah (Forbes, 2022).
  • 83% bisnis kecil dan menengah tidak siap untuk pulih dari kerugian finansial akibat serangan cyber.

Penting Anda ketahui, statistik keamanan website di atas baru kulitnya saja, lho. Masuk lebih dalam di artikel ini, Anda akan mendapatkan banyak informasi menarik tentang:

  • Statistik dan detail ancaman keamanan yang mengintai website.
  • Ringkasan berbagai informasi keamanan untuk pengguna website.

Tak usah berlama-lama lagi, mari meluncur ke bagian selanjutnya!

Apa Jenis Ancaman  Keamanan Website yang Paling Sering Terjadi?

Inilah jenis ancaman keamanan website yang juga berpotensi menyerang situs Anda:

1. Total Lebih dari 30 Juta Malware Baru Ditemukan

Ada lebih dari 30 juta malware baru di tahun 2022. Yang berarti, penjahat cybercrime produktif melahirkan hingga 316 ribu malware setiap harinya. Padahal, ini baru data sampai bulan April saja, lho (Atlas VPN, 2022).

2. Phising/Social Engineering Paling Banyak Menyerang Bisnis Kecil Hingga Menengah

Di antara berbagai jenis cybercrime, phising adalah favorit hacker untuk menyerang situs bisnis kecil hingga menengah (Forbes, 2022). Bahkan hingga 57% perusahaan terkena malware ini.

3. Ransomware Menginvasi 37% Perusahaan 

Ransomware adalah malware yang menyerang perangkat korban dengan membajak data di dalamnya. Sehingga, korban kehilangan akses dan hacker bisa meminta bayaran agar mau mengembalikan data pengguna.

Dengan dampak sefatal itu, ransomware menelan total biaya pemulihan hingga $1,85juta atau setara dengan Rp26miliar. Sayangnya, hanya 57% bisnis yang berhasil memulihkan website mereka lewat data cadangan (backup).

4. DDoS Meningkat Hingga 1,6 Juta Serangan Dibanding Tahun Lalu

Sejak pandemi COVID-19, DDoS meningkat hingga 1,6 juta serangan. Sehingga kini lebih dari 10 juta serangan DDoS sudah terjadi sejak tahun 2020.

5. Email Menjadi Pintu Masuk Malware yang Paling Strategis

Statistik keamanan website menunjukkan bahwa email menjadi gerbang malware yang paling strategis. Buktinya, sebanyak 46% perusahaan menerima malware melalui email (Verizon, 2020). Malware ini membuka jalan untuk berbagai serangan mulai dari phising, social engineering, Trojan, dsb.

6. Serangan Cyber Melumpuhkan Website Rata-Rata Selama Delapan Jam 

Berdasarkan riset CISCO, 40% perusahaan yang terkena serangan cyber website-nya mengalami downtime hingga delapan jam. Padahal, biaya kerugian akibat website down mencapai Rp4juta/jam, lho.

7 Tren Keamanan Website Sepanjang Tahun Ini

Seperti yang Anda tahu, jenis ancaman keamanan website semakin meningkat. Oleh sebab itu, Anda harus mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi keamanan situs Anda dan rencana yang hacker siapkan di tahun 2022. 

Ini dia tren keamanan website sepanjang tahun ini:

1. Serangan Cybercrime Berpotensi Terus Meningkat

Berdasarkan temuan Accenture, serangan cybercrime meningkat 67% selama lima tahun terakhir. Sehingga, besar kemungkinan di tahun ini pun makin banyak ancaman keamanan website.

Alasannya, pengguna internet dan pertumbuhan website cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu, bisnis pun sudah banyak yang beralih ke online. Alhasil, sasaran hacker pun bertambah banyak.

2. Bisnis Edukasi Menjadi Sektor yang Paling Banyak Diincar Hacker

Di seluruh dunia, website bisnis edukasi dan riset adalah yang menjadi incaran utama hacker. Kemudian, disusul oleh perusahaan di bidang kesehatan, teknologi, komunikasi, dan pemerintahan (Forbes, 2022).

Kira-kira, apa penyebab bisnis edukasi seperti sekolah dan perguruan tinggi menjadi prioritas utama hacker? Ini alasannya:

  • Potensi mengeruk keuntungan;
  • Banyak menyimpan data pribadi. Mulai dari nama, alamat, data finansial, dsb;
  • Adanya dokumen atau aset penelitian yang berharga.

3. Data Pribadi adalah Data yang Paling Hacker Incar

Data pribadi atau kredensial menjadi alasan utama hacker menyerang suatu website (Verizon, 2021). Misalnya identitas pribadi, informasi asuransi, alamat, dan data lainnya. Detailnya, coba lihat statistik keamanan website di bawah ini.

Tidak hanya menjual kredensial ke situs berbahaya, hacker juga bisa mengolah kredensial seseorang untuk melakukan aksi kejahatan lainnya. Seperti melakukan phising dengan berpura-pura menjadi kenalan Anda.

4. Biaya Pemulihan Cybercrime Meningkat 15% Setiap Tahunnya

Selama lima tahun ke depan, biaya pemulihan cybercrime kemungkinan meningkat sekitar 15%. Yang artinya, di tahun 2025 sudah mencapai $10,5 trilliun. Biaya ini meliputi kerusakan data, uang yang dicuri, pemulihan situs yang kena hack, dsb.

5. Peningkatan Pengguna Digital Membuka Celah Keamanan Lebih Besar

Sejak COVID-19, angka cybercrime meningkat 10% (IBM, 2020). Alasannya, makin banyak pekerjaan yang beralih ke digital sehingga hacker melihat potensi mengeruk keuntungan yang begitu tinggi.

Di tahun 2020, misalnya, hacker menjual lebih dari 500.000 password Zoom di dark web. Yang mana, satu password-nya bernilai $0,20. Jadi, hacker bisa mendapat keuntungan sekitar $9ribu atau setara Rp1,4 miliar.

6. Orang Lebih Peduli pada Keamanan Hosting dan Server

Seperti yang Anda tahu, perusahaan teknologi termasuk bisnis yang menjadi incaran utama hacker. Salah satunya, perusahaan penyedia hosting.

Di tahun 2022 ini, misalnya, website yang terkait pemilu di Oregon lumpuh gara-gara penyedia hostingnya terkena ransomware. Sehingga, data pribadi pengguna yang pernah login ke dalam situs ikut terancam.

Oleh sebab itu, orang-orang menjadi lebih peduli pada keamanan hosting untuk website mereka. Bahkan tak hanya hosting, tapi juga servernya.

Apalagi, sejak kejadian kebakaran data center di Indonesia pada 2 Desember 2021 lalu. Yang mana, mengakibatkan banyak website di beberapa penyedia hosting down.

Comments

Popular Posts